Oleh: Delta Rahwanda
Berkolaborasi dengan komunitas Double Cabin Indonesia chapter
Lampung tentu bukan tanpa alasan. Beberapa bulan sebelumnya, Ruang Jingga
pernah berduet dengan komunitas mobil besar ini dan merasa bersyukur waktu itu
kami memiliki partner yang sangat tepat. Jalur menuju ke lokasi sekolah
pastilah tidak mampu kami lewati jika menggunakan kendaraan kami biasanya,
meskipun menggunakan motor. Kondisi jalan saat itu masih tanah merah dan
terpapar hujan deras pada malam sebelumnya. Alhamdulillah, crew Double Cabin
malah justru “menyenangi” rute yang seperti ini dan berbanding terbalik dengan
kami yang menumpang di mobil sambil harap-harap cemas sepanjang jalan. Beberapa
kali mobil tergelincir, melewati lima titik sungai dan masuk terperosok di
lubang. Kebahagiaan adalah akhir dari kegiatan kami waktu itu.
Alasan yang serupa juga kami pilih mengapa Komunitas Double
Cabin menjadi partner kami. Ruang Jingga akan mengunjungi dua buah sekolah di
Sekincau, Lampung Barat dan kemudian akan menuju Suoh yang terletak 4 jam dari
kota Liwa. Berdasarkan info yang kami dapat, rute yang kami lewati adalah jalan
berbatu yang menembus Taman Nasional bukit Barisan Selatan yang merupakan rute
“hiburan” bagi member Double Cabin. Namun dari semua itu, alasan utama kami
berkolaborasi adalah adanya satu visi dan misi yang sama yaitu ingin berbagi
pengalaman kepada adik-adik di Sekincau Lampung Barat.
Pukul 09.00 kami telah selesai menyusun semua peralatan ke
mobil dan perlahan bergerak dari museum Lampung menuju Lampung Barat. Jalan cenderung lancar tanpa
ada hambatan macet. Kemudian sembari beristrahat, para pria melaksanakan shalat
Jumat di Islamic Center Kotabumi disusul makan siang. Perjalan diisi dengan
suara riuh dari setiap mobil dan sesekali obrolan antar mobil terjadi dengan
media Handy Talky. Pukul 16.00 kami berhenti untuk melihat keindahan Kerajaan
Sekala Bekhak sekaligus mengunjungi Pemandian Putri yang terletak tidak jauh
dari Kerajaan. Sebelum petang, mobil bergerak kembali ke Sekincau untuk menuju
lokasi sekolah sekaligus tempat kami menginap.
Sesi perkenalan dan bincang-bincang bersama pihak sekolah selalu menjadi
rutinitas kami ketika melakukan gelaran. Kemudian pukul 21.30, para relawan
sudah mulai sibuk mempersiapkan alat tidur masing-masing. Bermain gitar
bersama-sama merupakan sesi terakhir kami sebelum memejamkan mata untuk
menyambut pagi esok hari.
Hari yang Cerah.
Kami bersyukur karena cuaca pagi begitu cerah dan matahari
mucul tanpa harus malu-malu. Icebreaking menjadi kegiatan kami mengawali hari
bersama-sama adik MI Harahafiyah Sekincau. Saya sempat membingkau beberapa
ekspresi kehabagaian adik-adik dalam sesi icebreaking. Disusul performance dari
tim rebana adik-adik MI Harahafiyah menjadi hiburan kami. Sebuah kebahagiaan
tidak ternilai adalah ketika kami disuguhi hiburan seperti ini, apalagi ketika
kami mengetahui bahwa adik-adik telah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari
hanya untuk kami.
Seperti pada gelaran sebelum-sebelumnya, puppet show menjadi
sesi yang paling menarik perhatian adik-adik. Tertawa terbahak-bahak dan merespon
percakapan para puppet menjadi hal lumrah pada sesi ini. Dari belakang layar
puppet, saya sering kali mendengar suara riuh dari adik-adik. Respon-respon
seperti itu menjadi tolak ukur kesuksesan pertunjukan puppet show komunitas
Ruang Jingga. Kemudian disusul dengan sesi motivasi dan kelas inspirasi oleh
kakak-kakak relawan. Hingga dengan berat hati kami harus mengakhiri kegiatan
tepat pukul 11.00 siang karena harus berpindah menuju sekolah kedua, SDS Talang
Semarang. Setelah beristirahat dan makan siang, kami melanjutkan kegiatan
berdasarkan rundown yang sudah kami buat. Tepat pukul 14.00, hujan deras
mengiringi pertunjukan puppet show sehingga kami harus berlomba dengan suara
riuh tetes hujan. Namun hujan bukanlah masalah, canda tawa adik-adik pada
setiap sesi menjadi penyemangat diri kami. Akhirnya, pemberian tumbler kepada
seluruh siswa dan guru merupakan sesi penutup kegiatan.
Menuju SUOH.
Pukul 17.00, kami mulai memasuki jalan kecil menuju Suoh. Siang perlahan gelap hingga kami berhenti di
sebuah masjid untuk menunaikan shalat Maghrib. Malam kali ini berbeda dengan
malam sebelumnya dimana kami harus membuat tenda dan tidur beratapkan langit.
Namun kebersamaan menjadi makna yang tidak ternilai. Keesokan paginya, kami
trekking menyusuri beberapa titik wisata di Suoh. Suoh merupakan wilayah yang
memiliki titik panas bumi yang cukup banyak hingga menjadi destinasi yang
sedang naik daun di Lampung. Kita bisa melihat beberapa lubang yang
menyemburkan lumpur panas bahkan sebuah kawah kecil. Di sisi lain, kita akan
disuguhi sebuah fenomena alam dimana kerak yang muncul bersamaan dengan air
panas secara alami membeku dan mengeras terhampar cukup luas. Di sini kita juga
bisa melihat 3 buah danau besar yang
menjadi hiburan tersendiri bagi para pengunjung.
Tepat tengah hari, kami sepakat untuk menikmati derasnya arus
sungai sekaligus berendam karena cuaca yang cukup panas. Dilanjutkan dengan
perjalanan melewati jalan tanah di tengah hutan. Di lokasi inilah kemampuan
para owner mobil di uji. Sesekali mobil yang berada di depan harus menarik
mobil yang dibelakangnya. Lagi-lagi kebersamaan menjadi solusi terbaik dimana
kami saling bahu-membahu agar semua mobil dapat melewati medan yang ada. Hingga
akhirnya sampailah kami di jalan utama menuju Bandar Lampung.
Comments
Post a Comment