Melanglang Pandang di Suoh, Lampung Barat {1}



Oleh Delta Rahwanda

Danau Asam dari Kejauhan
Perjalanan ini bukanlah kali pertama menuju kabupaten Lampung Barat. Karena banyaknya potensi wisata yang ada, saya telah beberapa kali mengeksplore keindahan alam di sana. Kali ini kendaraan saya menuju sebuah kecamatan bernama Suoh. Awalnya saya membayangkan bahwa kecamatan ini adalah sebuah kecamatan kecil tidak berpenduduk banyak. Ternyata dugaan saya salah total. Sepanjang perjalan dari Bandar lampung hingga simpang antara Suoh dan Krui, mata saya fokus kepada jalanan aspal yang mulus. Pada simpang inilah, jalan aspal berganti dengan jalan berbatu bermula di desa Gunung Doh. Rumah warga juga semakin jarang terlihat karena ternyata jalan yang sedang saya lewati adalah bagian dari hutan lindung Bukit Barisan Selatan. Seiring dengan semakin tak terlihatnya rumah warga maka mata saya dihibur dengan keindahan alam sepanjang kanan kiri jalan. Sesekali saya berhenti untuk mengabadikan momen yang ada. Jalan yang saya lewati merupakan jalan yang besar namun masih berbatu. Sekali saya melihat dua mobil double cabin berpapasan dan space jalan masih tersisa cukup lebar. Kurang lebih 3 jam saya “bercumbu” dengan jalanan terjal hingga berakhir pada sebuah simpang yang beraspal halus. Saya berbelok ke kanan sesuai dengan informasi yang saya dengar dari warga bahwa untuk menuju Suoh ambil jalan yang ke kanan karena jalan ke kiri menuju Krui. Kurang lebih 30 menit berkendara dari simpang, saya berhenti di sebuah pasar dan kembali bertanya kepada warga. Ternyata pasar tersebut adalah pasar Suoh. Sekilas saya menilai bahwa Suoh adalah daerah yang subur karena banyaknya air yang mengalir di sawah warga. Selain itu kontur daerah yang datar membuat warga mudah untuk bercocok tanam. Bersitirahat di sebuah warung untuk makan siang menjadi hiburan wajib saya sambil menggali informasi lebih jauh tentang lokasi wisata yang hendak saya kunjungi.

            Pukul 2 siang setelah shalat Dzuhur saya kembali melaju menuju danau Asam sebagai spot pertama. Kurang lebih 1 jam, mata saya kemudian berjumpa dengan hamparan air yang luas dikelilingi oleh pohon-pohon ditepiannya. Mendirikan tenda menjadi kegiatan saya berikutnya tepat di bawah pohon di tepian danau. Danau Asam berbatasan langsung dengan bukit-bukit kecil yang gersang. Pada bagian kiri samar terlihat dataran yang berwarna kuning tanpa ada pepohonan satupun dan warga menyebutnya Pasir Kuning. Pada bagian lain yang membuat mata terpana adalah hamparan bukit kecil dengan alang-alang yang luas dan terdapat satu buah pohon besar di tengahnya. “Nanti sore kita bisa ke Pasir Kuning dan mengelilingi danau Asam dengan kapal. Di sini tidak ada ikannya apalagi buaya karena airnya asam. Jadi aman kalau pengunjung mau mandi” terang salah satu pengelola kepada saya. 
 
Danau Asam
            Sore hari, saya menuju Pasir Kuning yang dapat ditempuh 10 menit saja menggunakan kapal dengan biaya Rp. 15.000. Pasir Kuning menurut pandangan awam saya adalah sebuah hamparan luas tanpa pohon karena tanah di Pasir kuning sangat gersang dan terasa hangat sehingga warna tanah berubah menjadi kekuningan. Pada bagian tepi ada beberapa lubang yang mengeluarkan air panas. Yang unik adalah tepat di sebelah Pasir Kuning terdapat hamparan bukit dengan alang-alang yang subur. Pasir Kuning dengan area kering, gersang dan hangat namun di sebelahnya bukit kecil dengan area yang subur merupakan hal unik bagi saya. Sesekali saya membingkai keunikan alam ini dengan kamera. Perjalan singkat ini kemudian ditutup dengan keliling danau dengan menggunakan kapal yang cukup ditempuh 15 menit saja. Kemudian saya kembali menuju tenda untuk mempersiapkan makan malam. Channel Youtube saya di danau Asam klik ini.

Bersambung…

Danau Asam

Danau Asam

Pasir Kuning


Comments