Ruang Jingga, #1000tumblers4lpg: SDN 1, 2 dan 4 Gunung Terang, Tubabar (5)

Oleh Delta Rahwanda

Kak Wana menjelaskan proses membuat peta
            Pada tanjakan kali ini kami harus turun dari bis karena jalan yang sangat parah. Suasana menjelang petang menemani kami menuju rumah di mana kami akan bersitirahat malam ini. Tepat 18.00 kami sampai di salah satu rumah warga di desa Terang Mulya yang merupakan pemekaran dari desa Gunung Terang. Pak Sarmin SH adalah host kami malam ini. Beliau bersedia direpotkan oleh kami untuk satu malam ini hingga esok. Beliau sebenarnya berasal dari Jawa Timur namun sejak 15 tahun yang lalu pindah ke desa Terang Mulya. Mantan Kepala desa Terang Mulya ini, kini memegang amanah sebagai salah satu anggota dewan di Tubaba. “80% persen pribumi dan sisanya pendatang” kata pak Sarmin. Mayoritas warga Terang Mulya yaitu sebagai petani dan nelayan yang mencari ikan di sungai dan rawa (warga sana menyebutnya lebung).

            Malam harinya kami kedatangan kepala desa Terang Mulya yang masih sangat muda berumur 27 tahun. Kami berbincang namun tidak begitu lama karena kepala desa akan menghadiri acara lain. Kemudian disusul acara review kegiatan bersama teman-teman dari Tubaba Cerdas. Kami bertukar pikiran dan pengalaman mengenai kegiatan Tubaba Cerdas dan Ruang Jingga. Malam ini saya menjadi lebih paham bahwa untuk menjadi relawan Tubaba Cerdas tidaklah mudah karena harus berkompetisi dengan lebih dari seribu peserta dari seluruh Indonesia dan hanya diambil 12 orang saja. Dari 12 orang yang terpilih, mereka harus mengikuti pelatihan ala militer selama 45 hari. Mereka tidak hanya berasal dari Lampung saja namun juga berasal dari propinsi lain seperti Aceh, Jakarta, Jawa Timur dan Lampung. Saya pribadi sangat salut dengan mereka yang mau mengisolasikan diri di desa ini dan keluar dari zona anak muda di kota. Mengabdi tidak untuk seminggu atau dua minggu namun untuk setahun. Sebuah inspirasi yang luar biasa dalam memajukan pendidikan di Lampung khususnya Tubaba. Mereka para anak muda yang mau terjun langsung ke lapangan dan menebarkan kebaikan bagi siswa-siswi di Tubaba. Pukul 22.00 kami merebahkan diri untuk tidur karena malam sebelumnya kami tidur hanya 2 jam saja. Tidak lama, susana rumah pak Sarmin hening tanpa suara.

            Pagi harinya saya menyempatkan melihat proses jual beli ikan gabus antara nelayan dan pengepul. Saya juga membeli sebanyak 17 kg ikan gabus hidup titipan kawan-kawan untuk dibawa ke bandar Lampung. Ternyata tidak hanya ikan gabus saja yang saya lihat ada ikan belanak, tawes, gabus, lele, baung, betutu dan lain-lain. Saya juga mendengar beberapa relawan sedang sibuk melakukan latihan goyang Gummy Bear yang akan dilakukan untuk SDN 4 Gunung Terang. Pukul 07.30 kami bergerak menuju sekolah yang tidak begitu jauh. Sesampainya di sekolah kami disambut dengan tari Bedana. Sebuah sambutan yang luar biasa dan ini merupakan pertama kalinya dalam gelaran Ruang Jingga kami disambut dengan tarian. Tarian ini dimainkan oleh 6 orang yaitu 3 putra dan 3 putri. Tarian Bedana sendiri merupakan tradisi adat Lampung dalam menyambut tamu.

            Suara riuh mulai terdengar ketika relawan memulai sesi icebreaking dan tarian Gummy Bear. Semua semangat mengikutinya termasuk kakak-kakak dari Tubaba Cerdas. Kemudian rangkaian acara kami jalankan sesuai jadwal yang telah kami buat sebelumnya. Di sela-sela acara review dan inspirasi saya sempat melakukan wawancara dengan beberapa relawan dari Tubaba Cerdas. Kak Rian adalah salah satunya. Kak Rian merupakan alumni dari STAIN Jurai Siwo Metro jurusan FKIP Bahasa Inggris. Dia berasal dari Sukadana, Lampung Timur. Di Tubaba Cerdas, kak Rian memasuki bulan ke-3 dan akan berakhir di Desember 2017 ini. Yang paling berkesan menurutnya adalah ketika image jelek yang selalu ada terhadap warga pribumi ternyata berubah setelah berbaur langsung dengan mereka. Menurutnya warga pribumi ternyata baik dan ramah. Kak Rian kebetulan ditempatkan di daerah yang penduduknya 90% warga pribumi. Lain lagi dengan pengalaman kak Ibnu yang berasal dari Tanggamus dan alumni Undip Semarang jurusan Fisika Murni ini. Kak Ibnu dan kawan-kawan berusaha menggerakkan masyarakat untuk sadar terhadap pendidikan di sekitarnya dengan cara mendidik anaknya di rumah, mengingatkan anak untuk datang ke sekolah tepat waktu, memperhatikan pakaian anak dan lain-lain. “Ini merupakan tantangan yang besar” ujarnya.

             Kegiatan Ruang Jingga lainnya lihat di sini.

            Pukul 11.30 dengan berat hati kami mengakhiri rangkaian acara selama 2 hari di Tubaba. Ada satu hal yang membuat kami surprise dan bahagia yaitu ketika bapak Indro selaku kepala sekolah membacakan puisi khusus untuk Ruang Jingga. Puisi yang cukup panjang yang berisi rangkaian doa kepada Ruang Jingga agar selalu bermanfaat untuk sesama. Terimakasih banyak kepada bapak Indro atas puisi dan doanya. Jamuan makan siang dari sekolah menjadi istimewa karena kami bertemu lagi dengan ikan gabus panggang dan pindang. Ucapan terimakasih kepada pihak sekolah dan tim Tubaba Cerdas saya sampaikan di sesi penutup. “Kami sebenarnya yang belajar dari kalian. Karena kalian mau mengabdi di sini selama setahun dan keluar dari zona anak muda pada umumnya. Salut untuk tim Tubaba Cerdas” menjadi kalimat penutup saya pada acara penutupan.

            Bersambung.....

Serba-seri kegiatan di SDN 4 Gunung Terang/ Terang Mulya



Comments