Oleh Delta Rahwanda
Salah satu kondisi jalan yang kami lewati |
Dinginnya air
pukul 03.30 saya hiraukan agar dapat berangkat sesuai jadwal yang telah
ditentukan yaitu 05.00. Kami sepakat menginap di salah satu rumah pengurus agar
tidak saling menunggu ketika hendak berangkat. Kebetulan lantai satu menjadi
tempat tidur para adam dan saya yang pertama masuk ke kamar mandi. Di lantai
atas juga terdengar seseorang tengah mandi. Mata masih terasa mengantuk meski
telah selesai mandi karena saya hanya tidur 2 jam saja. Sebelumnya pukul 23.00,
bus pemda Tubaba yang akan membantu kami menuju ke lokasi sampai dan kami
langsung mengemas semua barang di bus saat itu juga. Kemudian kami berbincang
sejenak dengan dua orang relawan dari Tubaba Cerdas yang ikut menyusul
sekaligus menemani sopir bus.
Setelah
memastikan semua relawan sudah berada di dalam bus, sang sopir perlahan
menginjak pedal gas. Saya memilih duduk di bangku paling depan dekat dengan
sopir alasannya karena saya ingin melihat ekspesi para relawan yang juga
merupakan sahabat saya. Semua terlihat segar dan bahagia meski kurang tidur.
Satu jam pertama suara riuh terdengar tanpa henti namun perlahan menghilang
karena rasa kantuk mulai datang lagi. Kami juga harus menyiapkan energi untuk
kegiatan di sana nanti. Perjalanan akan memerlukan waktu selama 5 jam maka
tidur adalah pilihan terbaik. Sesekali saya berbincang dengan salah satu
relawan Tubaba Cerdas yang kebetulan duduk tepat di depan saya, mbak Cita.
Relawan yang berasal dari Jombang ini sudah 3 bulan berada di salah satu
sekolah di Tubaba. Pengabdiannya akan berakhir pada Desember 2017 yang akan
datang. “Mencari pengalaman hidup” jawabnya ketika saya tanya kenapa tertarik
dengan program Tubaba Cerdas.
Lihat gelaran lainnya di sini
Pukul 09.00
kami sampai di Islamic Center Tubaba dan segera menuju toilet untuk mencuci
muka, buang air kecil dan mengganti pakaian kami dengan kaos Ruang Jingga. 20
menit kemudian bis kami melaju lagi. Suara riuh kembali terdengar. Terlihat
oleh saya semua yang ada di bis memakai kaos yang sama. “Sekitar 1.5 jam” jawab
sopir bus setelah saya tanya berapa lama lagi kami sampai. Barisan aspal hitam
yang kami lintasi semakin mengecil dan mengecil hingga akhirnya roda bis harus
melewati jalan yang masih tanah merah. Kanan kiri hanya terlihat rawa yang luas
hingga ujung pandangan saya. Rumah warga juga jarang terlihat di jalan ini.
Suara mesin bis menderu-deru berjuang melintasi jalan tanah. “Di wilayah ini
sering banjir hingga ke jalan” terang mbak Cita. Beberapa relawan sesekali
menjerit kecil ketika bis miring ke kiri atau ke kanan. Dan saya sibuk
mengabadikan momen tersebut dengan kamera. Kabupaten Tubaba tergolong kabupaten
muda di Lampung sehingga pembangunan memang relatif bergerak merambat. Alasan
lainnya Tubaba terletak tidak begitu strategis dibandingkan kabupaten lainnya. Di
pertigaan terakhir bis kami mengambil arah ke kiri yang artinya tak lama lagi
kami akan sampai.
Bersambung.....
Comments
Post a Comment