Oleh Delta Rahwanda
Kak Habi sedang meminpin sebuah permainan |
Tepat pukul 06.00 seluruh relawan
telah berkumpul di meeting point dengan pakaian putih. Semua perlengkapan sudah
dipersiapkan sejak sehari sebelumnya. Wajah-wajah ceria yang sudah tidak sabar
menuju MI Islamiyah Pahmungan segera masuk ke dalam 5 mobil yang telah kami
siapkan. Berjalan konvoy menuju lokasi merupakan kesepakatan bersama karena
khawatir terpisah dengan yang lainnya. Apalagi di sana tidak ada sinyal handphone
sama sekali. Lebih cepat dari perkiraan ternyata kami sampai 30 menit lebih
awal. Saya terpana dengan kondisi sekolah yang terbuat dari papan dan tepat
bersebelahan dengan kandang kambing. Memiliki 6 ruangan kelas, 5 ruangan untuk
kelas 1, 2, 3, 4 dan 5 dan 1 lagi digunakan untuk ruangan guru. Memiliki jumlah
murid sebanyak 81 siswa dan 9 guru yang masih berstatus guru honor sejak
belasan tahun silam. Meski berstatus honor dan tidak bergaji secara rutin, para
guru ikhlas menjalankan kewajiban mereka untuk mendidik para siswa dan siswi MI
Pahmungan. Sekolah ini terletak di antara rumah warga yaang kondisinya tidak
jauh berbeda dengan konsisi sekolah. Tidak jauh dari bangunan sekolah, terdapat
sebuah masjid milik desa yang biasa digunakan untuk shalat dzuhur berjamaah
sebelum para siswa-siswi pulang ke rumah.
Turut berpartisipasi Muli Mekhanai kota Bandar Lampung
Setelah sesi icebreaking dilakukan
selama 30 menit, para siswa kami arahkan menuju ruangan kelas. Icebreaking
dilakukan agar antara siswa dan relawan bisa saling mengenal lebih dekat. Di
dalam kelas para siswa telah siap mendengarkan dongeng mengenai sampah plastik.
Puppet show dilakukan kurang lebih selama 30 menit dengan setting yang telah
dipasang ketika sesi icebreaking. Kemudian disusul sesi review yaitu sesi
dimana penjelasan mengenai fakta plastik baik manfaat dan bahayanya, logo-logo
pada plastik dan manfaat tumbler. Sesi review juga spesial karena kami mengajak
sepasang Muli Mekhanai kota Bandar Lampung. Mereka terlihat kompak dalam
menjelaskan materi di depan para siswa. Dengan detail mereka menjabarkan
melalui media gambar yang telah kami persiapkan. Tidak hanya berdua, namun
mereka juga ditemani oleh mbak Desti yang juga alumni Muli Mekhanai Kota Bandar
Lampung.
Muli Mekhanai sedang menjelaskan tentang fakta plastik |
Memotivasi melalui profesi
Acara yang dilakukan pada setiap
gelaran tidak lepas dari sesi motivasi melalui profesi. Ruang Jingga selalu
mengundang para pemuda yang memiliki profesi yang unik dan dapat menginspirasi
anak-anak sekolah dasar. Pada gelaran ke-9 ini kami mengajak Mbak Gemma yang berprofesi
sebagai dokter gigi, mbak Intan yang memiliki pekerjaan sebagai photographer
dan mas Indra dengan aktifitas menulis di blog sebagai travel blogger. Drg.
Gemma penuh semangat menjelaskan bagaimana menyikat gigi yang baik dan benar.
Dua orang siswa diundang ke depan untuk mempraktekkan langsung. Dia juga
membawa beberapa alat untuk memeriksa gigi seperti cermin kecil bergagang yang
fungsinya untuk melihat kondisi gigi pasien. Giliran mbak Intan juga mengundang
dua siswa maju ke depan untuk menjadi model dan menjadi photographer. Sesekali terdengar
riuh tawa para siswa karena sang model dadakan tersipu malu enggan berlenggok dan
sang photographer tampak kebingungan dengan kamera barunya. Sesi motivasi
ditutup oleh mas Indra yang berprofesi sebagai travel blogger. Dia menjelaskan
bagaimana caranya menjadi seorang menulis dan menuangkkannya di dalam blog.
“Selain menulis, kita juga harus bisa memfoto yang benar dan bagus” jelasnya.
Di akhir penjelasannya, ms Indra mengajak anak-anak untuk menyanyikan lagu
bersama-sama. Ini adalah momen paling riuh yang saya dapatkan. Semua siswa
bernyanyi sambil mengikuti gerakan mas Indra.
Kak Indra dan Kak Intanmenjelaskan profesi mereka |
Bersambung...
Comments
Post a Comment