Melihat Sejarahmu untuk Masa Depanmu

Oleh: Delta Rahwand
 "Artikel ini pernah diterbitkan di Radar Lampung"


Gegap gempita tahun baru masehi telah kita lewati. Pedagang terompet dan kembang api musiman bermunculan di mana-mana untuk menuai rejeki tahunan. Berbagai macam kembang api dan suara terompet menjadi begitu akrab beberapa hari ini. Tempat hiburan dan lokasi wisata berlomba-lomba menarik simpati agar para tamu bersedia menyambut tahun baru bersama-sama. Tanggal 31 Desember 2009 tepat pukul 12 malam telah dinanti oleh ribuan manusia. Akhirnya pukul 12 malam lebih 1 detik terdengar sirine panjang pergantian tahun dan disusul dengan suara terompet juga dihiasi dengan letusan-letusan indah berbagai macam bentuk kembang api. Semarak tahun baru masehi tidak hanya terjadi di lingkungan kita saja namun juga terjadi di berbagai belahan dunia. Channel televisi berlomba-lomba menyiarkan berita tentang pesta tahun baru di seluruh negara. Para pemuda-pemudi berbaur menjadi satu hanya untuk menyambut momen yang dianggap penting oleh mereka bahkan tanpa melihat waktu dan etika.

Kita bersama mengetahui bahwa kali ini “dua tahun baru” menyambut hampir bersamaan hanya berselisih 2 minggu yaitu tahun baru hijriyah dan tahun baru masehi. Keduanya tepat jatuh pada hari yang sama yaitu hari Jum’at. Tidak berlebihan bila penulis mengajak kita sekalian untuk menyambut dua tahun baru kali ini sebagai media bermuhasabah dan refleksi diri. Sebelum lebih lanjut, kita harus catat bahwa kita memiliki banyak cara dan media untuk menginstropeksi diri kita, tidak hanya tahun baru. Ada banyak cara seperti memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan, melakukan shalat tahajud, sharing dengan orang terdekat dan lain-lain. Namun penulis yakin bahwa semakin banyak media untuk berinstropeksi diri, maka akan semakin baik pula keseharian kita dalam melangkah. Pada dasarnya tidak ada hal yang perlu dianggap spesial pada tahun baru tapi lebih baik jika menjadikannya sebagai momentum pembenahan diri. Kurang tepat jika tahun baru dijadikan momen hura-hura dan berkumpul hingga pagi seperti halnya yang terjadi di masyarakat kita.

Berbicara mengenai akhir tahun dan awal tahun penulis mencoba mengaitkan  dengan sebuah kata “kesempatan”. Sebuah akhir merupakan sebuah penghujung. Sebuah ujung merupakan sebuah penutup. Di sana terselip satu kata “kesempatan” yang barangkali telah hilang atau lewat karena telah bertemu dengan sebuah tutup atau ujung. Kesempatan tadi akan hilang dan tidak bisa terulang jika telah berakhir. Begitu juga dengan kata awal sangat erat kaitannya dengan kata “kesempatan”. Sebuah awal adalah sebuah pijakan. Sebuah pijakan adalah sebuah tonggak pertama. Sebuah tonggak pertama erat sekali dengan sebuah semangat. Sebuah semangat akan memunculkan begitu banyak kesempatan dalam melangkah. Sebuah langkah baru selayaknya berukur kepada apa yang telah dilewati sebelumnya dengan tujuan semoga kesalahan yang telah terjadi tidak terulang di hari mendatang.

Manusia di beri kelebihan pikiran yang bertujuan untuk mengoreksi dan menelaah segala hal yang ada. Manusia mengerti bahwa waktu akan selalu datang maka dari itu muncullah koreksi secara naluriah. Untuk lebih sederhana, penulis ibaratkan antara kemarin dan besok. Penentuan apa yang akan dikerjakan pada hari esok tentunya berpatokan kepada apa yang telah dilakukan kemarin. Apa yang telah terjadi kemarin tidak akan pernah bisa dikembalikan lagi. Apa yang terjadi kemarin hanyalah sebuah cerita ataupun sejarah dari apa yang telah kita lakukan. Peristiwa ataupun rentetan episode pada hari kemarin hanya bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran ataupun peringatan untuk dibenahi namun mutlak tidak bisa di rubah dan di koreksi. Apa pencapaian dan prestasi kita pada hari kemarin sebaiknya coba untuk di ulangi dan apa kesalahan kita kemarin sebaiknya jangan pernah diulangi lagi pada hari esok. Hari esok menjadi hari penuh rencana dengan semangat yang harus lebih baik. Maka dari itu muncullah statement refleksi atau instropeksi diri guna mempersiapkan kegiatan untuk besok yang lebih baik.

Pribadi yang selalu bermuhasabah

Sebuah ayat dari Al Qur’an yang berbunyi …Wal tanzhur nafsun maa qaddamat li ghad…Hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esoknya (Al Hasyr: 18) menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk melihat apa yang telah kita lakukan dan kemudian dijadikan sebagai patokan kita untuk melangkah di kemudian hari. Kita harus memperhatikan segala hal yang telah kita lakukan sebelumnya dengan tujuan untuk berbenah menjadi lebih baik dan lebih berhati-hati dalam setiap langkah. Jika diijinkan, penulis akan menyebutnya sama persis dengan judul di atas yaitu melihat sejarahmu untuk masa depanmu.

Cara yang bermanfaat untuk memaknai tahun baru adalah dengan menjadikan tahun baru sebagai titik utama untuk melakukan instropeksi diri, cerminan diri dan refleksi dari jejak yang sudah kita tinggalkan pada tahun sebelumnya dan kemudian disusul dengan rencana ke depan dengan kepadatan agenda perbaikan yang strategis dan arif. Kita sepakat bahwa untuk memperbaiki sebuah kaum harus dimulai dari setiap individu dalam suatu kaum tersebut. Maka tahun baru selayaknya dijadikan momen untuk menegur diri kita sendiri dan memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan kita pada tahun sebelumnya dengan harapan perbaikan ini akan berdampak kepada  diri untuk lebih optimis dengan kehidupan lebih baik di masa yang akan datang.

Sering kali kita begitu mudahnya menebar petuah dan nasehat kepada sahabat dan saudara kita, namun menjadi begitu sulit ketika kita harus berkaca kepada diri sendiri. Pembenahan dan pembinaan diri merupakan keniscayaan ditengah keringnya ruhiyah agama dan sangat disayangkan hal tersebut sering dilupakan. “Gajah dipelupuk mata tak terlihat, semut diseberang lautan terlihat jelas” kiranya tepat untuk mengumpamakan kehidupan kita.  Nasihat dan bimbingan bertaburan dimana-mana, namun sering kali diri sendiri jadi terlupakan. Lupa untuk mempersiapkan bekal ketika kita mati nanti. Dengan mudah menasehati seseorang namun berat berbuat jujur kepada diri sendiri. Seringkali memprotes dan menelanjangi orang lain namun tidak pernah terlintas niat untuk berkaca diri sebelum mengkritisi. Berulang-ulang melakukan cuci tangan kemudian melemparkan kesalahan kepada orang lain. Fenomena tersebut merupakan sebuah kisah nyata yang terjadi saat ini. Maka dari itu salah satu solusinya adalah dengan selalu menginstropeksi diri kita sendiri.

Reflesi diri tidak hanya menjadikan kita lebih berhati-hati dalam setiap langkah kita namun juga akan menjadikan kita seorang manusia yang penuh dengan rencana ke depan. Di sisi lain, kita juga akan lebih bersukur dengan keadaan kita sekarang karena selau melihat apa yang telah terjadi.  Ketika kita mencoba merefleksi apa yang telah terjadi maka kita akan menyadari bahwa kita begitu beruntung karena masih di beri kesehatan tanpa kekurangan apapun. Kita masih tetap tinggal dengan sanak keluarga kita tanpa ada kekurangan juga.  Namun tidak sedikit saudara kita memiliki kehidupan yang kontras dan menyedihkan di tahun ini jika dibandingkan tahun sebelumnya. Bencana alam yang terjadi dan mengakibatkan kehilangan sanak saudara dan depresi mental kepada setiap korban yang selamat. Tidak menutup kemungkinan apa yang terjadi pada saudara-saudara kita bisa menimpa kita semua.

Maka momentum “dua tahun baru” ini seyogyanya jangan diperlakukan berlebihan sehingga menimbulkan dampak yang tidak baik seperti keluar malam hingga pagi hanya untuk menyambut tahun baru dan berkumpul dan berhura-hura dengan teman namun dijadikan sebagai salah satu media kita untuk selalu melihat dan mengoreksi sejarah kita guna mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan penuh optimisme hidup. Sebuah pembenahan akan mudah jika semua individu berniat melakukannya. Dimulai dari satu individu dan kemudian diikuti oleh keluarganya, InsyaAllah akan berdampak pula kepada tetangga dan orang-orang yang ada dilingkungannya dengan harapan dampaknya akan dirasakan pada jumlah masyarakat yang besar. Dimulai dari individu kemudian keluarga dan terakhir lingkungan, semoga pembenahan kepada diri sendiri akhirnya akan menjadikan kualitas hidup kita menjadi lebih baik dan terciptalah sebuah kehidupan yang damai dan tentram. Sebagai penutup, momentum tahun baru sebaiknya disikapi sewajarnya dan kita harus bisa menyaring segala sari yang ada di dalamnya dan mempersembahkan segala kebaikan itu untuk ditanam di dalam pribadi, keluarga dan masyarakat. Ayo kita mulai dari hari ini bersama-sama!

Comments