Pulau Pasaran, Sentra Ikan Teri dan Ikan Asin Lampung

Oleh Delta Rahwanda

Seorang nelayan menjemur ikan teri

Tak banyak orang yang tahu mengenai keberadaan pulau yang terletak 1 kilometer dari pusat kota Bandar Lampung ini. Pulau yang berperan penting dalam produksi ikan asin dan ikan teri ini sering kali diabaikan keberadaannya. Bagi kamu yang senang jalan-jalan dengan minat khusus, datanglah ke pulau ini. Akan ada banyak sekali hal unik yang kamu jumpai di pulau Pasaran. Jembatan panjang menuju pulau akan menyapamu sesaat sebelum masuk area pulau Pasaran. Jembatan ini menjadi jalur utama warga dalam bertransaksi hasil laut mereka. Dahulu sebelum adanya jembatan, warga menggunakan perahu kecil untuk menyeberang. Bahkan ada ojek perahu yang menyediakan jasa penyeberangan. Ukuran jembatan ini tidaklah seluas jembatan pada umumnya. Panjangnya kurang lebih 300an meter dengan lebar 1.5 meter hanya cukup untuk kendaraan sepeda motor. Di sore hari atau pada waktu weekend banyak juga warga dari luar pulau datang untuk menghabiskan waktu dengan memancing. Namun, karena banyaknya pengunjung yang memancing menjadikan jembatan ini semakin sempit. Maka dari itu dibuatlah larangan memancing di sepanjang jembatan. Jembatan yang terbuat dari cor semen ini terlihat masih kokoh berdiri.


Jembatan sebagai akses tercepat
 

Panas terik menjadi kebahagiaan tersendiri bagi para warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan sehingga ikan teri yang mereka dapatkan cepat mengering ketika dijemur di bawah sinar matahari yang menyengat. Selain dari nelayan pulau Pasaran, banyak juga nelayan dari luar pulau yang singgah untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka kepada pemborong di pulau pasaran. Jika berkunjung ke sini, mata kita akan selalu tertuju kepada aktifitas warga yang menjemur ikan. Sesekali, para pria sibuk memindahkan ikan dari kapal ke lokasi penjemuran ikan. Mayoritas ibu-ibu bekerja sebagai penjemur ikan. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok. Terdengar canda tawa mereka sembari bekerja merapikan ikan yang dijemur.
 Nama Pasaran sendiri diambil dari kegiatan yang berlangsung di pulau ini. Sebagai pusat penjualan ikan teri dan ikan asin, maka sering kali pedagang datang membeli langsung di pulau karena harga yang ditawarkan lebih murah. Aktifitas jual beli yang ramai terlihat seperti pasar. Maka munculah nama Pasaran sebagai identitas pulau. Awalnya pulau ini hanya berukuran sekitar 2,5 -3 hektar. Namun karena jumlah penduduk yang semakin banyak dari waktu ke waktu pulau ini menjadi semakin luas hingga mencapai lebih dari 13 hektar. Beberapa tahun yang lalu, nama Pasaran sempat akan di ganti menjadi pulau Beringin namun mayoritas warga menolak hingga ide ini akhirnya dibatalkan. Pulau ini sering kali dikunjungi oleh para wisatawan dengan minat khusus seperti photographer, blogger, movie maker, pesepeda dan lain-lain. Sering kali komunitas photography mengunjungi pulau ini sebagai subjek jepretan mereka. Aktifitas warga menjadi hal menarik jika dibingkai oleh jepretan kamera. Beberapa komunitas sepeda juga sering melakukan trip ke pulau Pasaran. Di samping jaraknya yang tidak terlalu jauh, akses menuju pulau cenderung datar dan mudah.
 
Ibu Ibu memilih ikan teri siap jual

Terik matahari menjadi berkah tersendiri


Ibu Haya yang telah bekerja sebagai penjemur ikan selama tujuh tahun terakhir mengatakan bahwa aktifitas menjemur ikan dilakukan setiap hari. Pada musim kemarau, kegiatan menjemur ikan menjadi semakin ramai karena cuaca yang mendukung. Menjemur ikan sebenarnya adalah pekerjaan sambingan para ibu-ibu karena pekerjaan ini tidak memerlukan keahlian khusus dan tidak terikat waktu. Di pagi hari mereka mulai menjemur ikan dan di siang harinya mereka membalikan ikan jemuran agar rata keringnya. Di waktu senggang mereka juga menyortir ikan yang telah kering yang siap jual. Awalnya ibu Haya bukanlah warga asli pulau Pasaran. Namun suaminyalah yang berasal dari pulau ini. Setelah menikah, beliau mulai terbiasa dengan pekerjaan ini hingga pekerjaan ini dilakukannya sampai sekarang. Ikan hasil tangkapan akan langsung direbus di dalam kapal guna menjaga kualitas kesegaran ikan dan kemudian dijemur di pulau Pasaran. “Suami saya biasanya pergi melaut ketika sore hari bersama beberapa nelayan lain. Di samping menangkap sendiri ikan teri, mereka juga membeli ikan dari kapal dan bagan lain. Setelah cukup, ikan akan langsung direbus di kapal. Jadi ketika direbus ikan masih segar. Pagi harinya ikan yang telah direbus dijemur hingga kering. Kalau sudah kering ikan akan dikirim ke wilayah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Jawa” ujar ibu Haya.


Mayoritas penjemur ikan adalah ibu ibu


Comments