Menuju Kedengkian Berkelanjutan


Oleh Delta Rahwanda
 
                                                                 “Suasana memanas”


Sang pangeran yang tidak punya pendirian itu mendengarkan dengan picik apa yang diceritakan oleh sang cecunguk busuk. Si cecunguk semakin gencar bergerilya dalam kata lantaran si Pangeran memang mudah dipengaruhi dan di “gondoli”. Sang cecunguk memang berbakat membusuki hati seseorang. Cecunguk berdongeng kusam tentang seorang Panglima (tanpa sadar cecunguk juga telah menjadi bagian kekusaman tersebut). Tanpa berfikir panjang (karena memang tak punya pikiran panjang, red) Sang Pangeran mengambil tindakan yang di anggapnya bijaksana. Tanpa menelisik isi hati si cecunguk, dia tanpa sadar telah terhipnotis oleh barisan kata-kata tadi. Akhirnya, tindakan Sang Pangeran tadi menjadi awal mula petaka. Lantaran salah berkonsultasi maka salah pula keputusan yang diambil. Lantaran menelaah masalah dengan cecunguk maka api membara yang ada. Lantaran tak berguru kepada yang bijak maka tak ada kearifan yang diperoleh sang Pangeran. Kebusukan, kecurigaan dan kedengkian menjadi landasan awal sebuah kehancuran mereka. Walhasil, hancurlah kerajaan di negeri antah berantah itu! Dengan bertahannya si busuk dan si curiga adalah bukti telah runtuhnya kerajaan tersebut dan melesat Menuju Kedengkian Berkelanjutan. 

“Suasana semakin memanas”

Comments