Awas! “Malpraktek” Facebook

-->
Oleh Delta Rahwanda
Masyarakat tinggal di Bandar Lampung
 
-->
Kemunculan social network di internet menjadi solusi masyarakat dunia untuk saling terhubung. Jarak yang sangat jauh menjadi begitu dekat dengan adanya jejaring sosial. Social network awalnya dirancang berdasarkan kebudayaan negara barat yang individual. Maka muncullah solusi social network guna memenuhi kebutuhan bersosialisasi tanpa memerlukan sebuah komunitas nyata di masyarakat namun masih bisa terhubung dengan orang lain. Cara ini dianggap manjur untuk bersosialisasi tanpa meninggalkan faham individualistic yang telah mengakar. Di komunitas ini, kita bisa bertukar kabar, keep connected, berkenalan, berbisnis dan puluhan manfaat yang kita bisa dapatkan. Pada dasarnya setiap benua memiliki jejaring sosial favorit tersendiri seperti Friendster lazim digunakan di kawasan Asia Tenggara, Twitter lazim digunakan di Amerika, Muxlim banyak digunakan di Asia Tengah dan seterusnya. Jenis jejaring sosial semakin bertambah jumlahnya seiring dengan kemajuan teknologi internet.
Kini, ada sebuah social network yang menjadi trendsetter pergaulan dunia yaitu Facebook. Salah seorang mantan editor koran harian Tempo bernama Budi Putra mengatakan bahwa Indonesia layak di sebut sebagai Republic of Facebook. Hal ini dapat dilihat dari jumlah facebookers yang terus merangkak naik. Indonesia juga mendapat predikat sebagai negara tercepat dalam pertumbuhan Facebook di Asia Tenggara. Hal ini pula yang menjadikan Indonesia sebagai kampiun di Asia. Jumlah pengguna Facebook telah tembus lebih dari 12 juta users. Facebook Fever lebih dahulu tenar di bagian negara-negara Eropa. Kini, Facebook tenar dan digandrungi oleh masyarakat Indonesia sejak dua tahun lalu. Kemunculannya menggeser kedudukan Social network Friendster yang sebelumnya sempat menduduki nomer wahid di Indonesia sebagai jejaring sosial paling banyak digunakan. Jejaring sosial Facebook ini di buat oleh seorang mahasiswa asli Jerman yang pernah kuliah di Universitas Oxford bernama Mark Zuckerberg. Dia benar-benar faham dengan kebutuhan masyarakat dunia saat ini khususnya di internet. Karena kesuksesannya, kini ia menjadi salah satu tokoh muda terkaya di dunia. Dia menggabungkan berbagai macam fitur jejaring sosial yang ada. Facebook muncul dengan berbagai fitur, fasilitas dan kemudahan karenanya mampu menggeser kedudukan Friendster yang sudah dianggap ketinggalan jaman. Sebenarnya banyak sekali berbagai jenis jejaring sosial di dunia internet seperti Twitter, Friendster, Muxlim, Multiply, Myspace, Netlog, Tagged, Xanga, Bahu, Myyearbook, Piczo, Plurk, Multiply, Fupei, Connectu dan lain-lain. Namun Facebook mendadak booming di dunia sejak awal kemunculannya. Jutaan account terdaftar hanya dari Indonesia saja dan mayoritas pengguna Facebok adalah remaja dan anak-anak. Masyarakat kita sedang terpesona oleh dunia baru yang belum lama mereka kenal. Dengan low budget dan high impact, Facebook dapat diakses kapanpun, dimanapun dengan biaya yang murah bahkan gratis!
Dua Sisi Facebook
Everything always has two sides” Tentu saja setiap hal memiliki dua sisi yaitu positif dan negatif. Yang terpenting adalah seberapa besar persentase perbandingan kebaikan dan keburukan dari hal tersebut anda hasilkan. Kuncinya bersumber kepada manusia itu sendiri. Begitu juga Facebook memiliki dua sisi bagai mata pisau dalam penggunaannya. Maka dari itu penggunaan Facebook memerlukan pengawasan khusus terutama kepada anak-anak dan remaja. Orang tua perlu waspada terhadap para remaja dan anak-anak yang mulai keranjingan bermain Facebook. Tanpa adanya pengawasan dan kontrol, penyalahgunaan Facebook akan rentan dilakukan. Kita sulit untuk menghalang segala hal yang masuk melalui Facebook, namun kita bisa mencegahnya dengan mengontrol dan waspada terhadap penggunaan Facebook. Jika kita well managed dalam memanfaatkan Facebook, maka hal positif pula yang akan kita dapatkan. Begitu juga sebaliknya.
Kasus menghilangnya Marieta Nova Triana, gadis 14 tahun karena diculik oleh seorang laki-laki bernama Ari 17 tahun yang baru dikenalnya di Facebook cukup menjadi contoh dari sekian banyak kasus yang ada. Langkah yang sangat berlebihan dilakukan oleh gadis belia itu. Barangkali si gadis “baru melek” dengan dunia maya yang ada di depannya. Dia belum mengetahui bahwa orang bisa menceritakan apapun di Facebook tanpa ada realitasnya. Artinya kebohongan sangatlah mudah dilakukan di facebook untuk menarik simpati lawan jenis. Baru selesai kasus yang satu ini, kini muncul lagi salah seorang mahasiswa Universitas Negeri di Jawa Tengah mendadak menghilang setelah mengenal seorang laki-laki di internet. Sang mahasiswi dilaporkan hilang oleh pihak keluarga ke polisi. Dalam dua kasus ini, kesalahan terjadi kepada dua facebookers yang terlalu polos dalam menyelami dunia internet.
Kasus-kasus seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Sudah banyak hal ini terjadi di negara lain yang barangkali si facebooker baru melek mengenal dunia maya. Di amerika, tepatnya di California, seorang suami akhirnya membunuh istrinya lantaran sang istri menulis Single di status Facebooknya yang sebelumnya tertulis Married. Mengetahui ini sang suami marah besar lantaran sang istri menulis masih Single dan akhirnya terjadilah pembunuhan. Edward Richardson membunuh sang istri.
Cerita di atas adalah beberapa dampak negatif dari Facebook namun banyak juga orang mendapatkan manfaat yang luar biasa dari Facebook. Seorang keluarga akhirnya menemukan salah satu anggota keluarganya yang telah terpisah belasan tahun dan akhirnya bertemu kembali melalui perantara Facebook. Tentunya mereka sangat berterimakasih sekali dengan adanya Facebook ini mereka bisa bertemu dan berkumpul kembali. Tak lain halnya dengan seorang mahasiswa di Jawa Barat, dia dengan mudah menjual pakaian batik yang dia pasarkan melalui facebook dengan cara mencari teman sebanyak-banyaknya. Bahkan cara ini terbilang ampuh karena secara tidak langsung dia menawarkan produknya 24 jam penuh. Hingga kini dia kebanjiran order dari berbagai negara di dunia.
Menyikapi Facebook
Beberapa hari ini di televisi disiarkan berita tentang kasus-kasus yang terjadi yang berhubungan dengan Facebook seperti yang penulis sebutkan di atas. Penulis tidak bermaksud menyalahkan siapapun dan apapun namun penulis tergugah untuk mengingatkan kepada anda yang memang benar-benar terpesona oleh ke-eleganan Facebook dan dengan polos mempercayai segala hal yang ada. Kadangkala logika dan rasional kita tertutupi lantaran gemarnya kita bermain Facebook (addicted to Facebook). Apalagi jika hal ini terjadi pada remaja dan anak-anak. Cukup sudah dua kasus yang telah penulis sebutkan menjadi contoh kita semua. Jangan lagi terulang kasus yang sama. Bersahabat dan mencari teman dianjurkan, namun harus tetap dengan koridor ketimuran kita sebagai mayarakat Indonesia.
Facebook bisa dimanfaatkan untuk ajang bisnis baik yang halal ataupun yang haram. Kita bisa menjual berbagai macam produk yang kita miliki melalui facebook, kita bisa menjual reseller product melalui facebook bahkan di Jawa Timur seorang germo menjual “anak didikannya” melalui Facebook yang ke semuanya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Satu hal yang mungkin harus kita catat bahwa jangan mudah percaya dengan seseorang yang kita kenal melalui Facebook apalagi kita tidak pernah bertemu langsung dengannya.
Kita jangan terjebak dengan segala kemungkinan yang ada di internet. Karena di dunia maya, kita tidak bisa menjamin bahwa orang tersebut berbohong atau tidak. Berhati-hati dan waspada merupakan langkah bijak. Menggunakan Facebook cukup seperlunya saja untuk tujuan positif. Jika Facebook digunakan setiap saat dan menjadi ketagihan olehnya, maka sebaiknya kita belajar mengurangi penggunaan Facebook ini. Facebook akan bermanfaat baik jika digunakan sebagai media berbagi informasi, berbagi ilmu, sarana diskusi dll. Jangan seperti yang mayoritas Facebookers lakukan. Facebook sebagai media pertemanan namun menjadi ajang saling caci-maki antar sesama teman, narsistik, mencarian empati, menimbulkan mental selebritis, ajang provokasi dll. Mayoritas Facebookers selalu meng-update status mereka setiap waktu. Penulisan keadaan tentang apa yang sedang kita lakukan harusnya dilakukan sewajarnya. Jangan sampai menuliskan suatu kondisi tentang diri kita sendiri yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagi bagian dari privasi kita namun terpampang di wall Facebook. Jangan sampai Iffah (harga diri, red) kita sebagai manusia luntur karena mengatasnamakan silaturahmi dan pertemanan di facebook. Jangan sampai hak privasi kita terkuak oleh tangan kita sendiri tanpa kita sadari. Dan jangan sampai hak privasi kita dinikmati oleh indera, mata, telinga, bahkan pikiran orang lain.
Pemanfaatan teknologi informasi sangatlah penting di era modern ini namun waspada dan berhati-hatilah karena tanpa hal tersebut tidak mustahil terjadi “Malpraktek” teknologi yang korbannya adalah diri anda sendiri! Maka dari itu kita sebaiknya bijak dalam menggunakan Facebook. Persentase positif dan negatifnya tergantung anda sendiri sebagi Facebooker!

Comments