Melihat Sejarah untuk Masa Depan

Gegap gempita tahun baru Masehi telah kita lewati. Pedagang terompet dan kembang api musiman yang bermunculan di mana-mana menuai banyak rezeki. Tidak terkecuali tempat hiburan dan lokasi wisata yang telah berlomba-lomba menarik simpati agar para tamu bersedia menyambut tahun baru bersama-sama.

MALAM 31 Desember 2009 dinanti ribuan manusia. Hingga tepat pukul nol-nol satu detik terdengar sirene panjang pergantian tahun yang disusul suara terompet dan dihiasi letusan-letusan indah berbagai macam bentuk kembang api.
Semarak tahun baru Masehi tidak hanya terjadi di lingkungan kita. Namun, juga terjadi di berbagai belahan dunia. Channel televisi berlomba-lomba menyiarkan berita tentang pesta tahun baru di seluruh negara. Para pemuda-pemudi berbaur menjadi satu hanya untuk menyambut momen yang dianggap penting mereka bahkan tanpa melihat waktu dan etika.
Kita bersama mengetahui bahwa kali ini ’’dua tahun baru” menyambut hampir bersamaan, hanya berselisih dua minggu. Yaitu tahun baru Hijriah dan Masehi. Keduanya tepat jatuh pada hari yang sama, yakni Jumat. Tidak berlebihan bila penulis mengajak kita sekalian untuk menyambut dua tahun baru kali ini sebagai media bermuhasabah dan refleksi diri. Sebelum lebih lanjut, kita harus catat bahwa kita memiliki banyak cara dan media untuk mengintrospeksi diri kita tidak hanya tahun baru. Ada banyak cara seperti memaksimalkan ibadah pada Ramadan, melakukan salat tahajud, sharing dengan orang terdekat, dan lain-lain.

Selanjutnya di: http://www.radarlampung.co.id/web/opini/4505-melihat-sejarah-untuk-masa-depan.html

Comments