BISNIS MUSIK MENGGILA!

Written by Delta Rahwanda
(Diperbolehkan mengopy dengan syarat meletakkan nama penulis pada bagian yang dicopy)
 

Jumlah band atau penyanyi di Indonesai semakin banyak saja bahkan pertumbuhannya seperti jamur. Setiap hari ada saja band baru yang muncul di televisi. Kalau dahulu kita bisa dengan gampang meningat nama band yang terkenal lantaran jumlah band pun tak begitu banyak dan memiliki gaya musik yang berbeda. Namun saat ini sulit sekali bagi kita untuk mengingat nama-nama group band saat ini apalagi hampir semuanya membawakan aliran lagu yang mirip (Easy Listening). Lagu band-band anak negeri tak hanya disukai di Indonesia saja namun hingga ke Malaysia Thailand, Brunai,
Philipina. 3 Bulan yang lalu, penulis (Delta Rahwanda) pernah berkunjung ke Singapura dan Malaysia. Ketika di Singapura saya menyetop sebuah taxi, ketika di dalam taxi saya langsung di sambut oleh suara Charli alias ST12. “Indonesian songs are good” kata si driver ketika saya tanya mengapa suka dengan lagu Indonesia.
Banyak juga komentar yang keluar dari para musisi kita tentang fenomena ini. Ada yang mengatakan sebuah kemajuan namun banyak juga yang mengatakan meski band semakin banyak namun kualitas musik di Indonesai sangat menurun. Banyaknya jumlah band tak di barengi dengan kualitas musiknya. Kalau dahulu RAJA sempat dikritik karena gayanya yang sedikit norak lantaran vokalisnya setiap kali manggung selalu memakai kacamata hitam, kemudian muncul lagi Kangen band yang justru makin tenar ketika makian semakin gencar menyerang mereka.
Jika kualitas musik Indonesia menurun lalu apakah yang harus disalahkan hanya musisinya saja? Meski dikatakan menurun namun jelas sekali bahwa band tersebut sangat tenar dan sukses. Artinya bahwa selera masyarakat juga turun terhadap kualitas musik. Ini adalah sebuah hal yang complicated dan tidak bisa disalahkan hanya kepada sang musisi saja. Kalau lagunya tidak berkualitas, lalu mengapa si produser mau membiayai pembuatan album band-band yang katanya tak berkwalitas tadi. Belum lagi acara televise yang menyajikan updetan band-band terbaru sepreti INBOX, DERINGS, ON THE SPOT, KISSVAGANZA dll yang kemudian disambut hangat oleh masyarakat. Lalu siapa yang harus disalahkan? Musisi, Produser, Event organizer, Televisi atau masyarakat? Ataukah para kritikus musik yang terlalu berselera tinggi?

Comments