NEGARA ASAL-ASALAN

Justify FullWritten by Delta Rahwanda
(Diperbolehkan mengopy dengan syarat meletakkan nama penulis pada bagian yang dicopy)
 

Tadi pagi semangat banget mencari sistemasi pemilihan umum untuk April mendatang. 42 hari lagi Negara kita akan mengadakan PEMILU 2009. Selesai membaca beberapa artikel resmi dari beberapa web, bingung adalah hal yang kudapat ketika surfing diinternet. Ada yang sudah tahu sistemasinya or sedikit info tentang pemilu 2009? Saya yakin sebagian besar anda belum begitu memahaminya. Saya pribadi yang telah membaca infonya saja masih bingung. Yang saya bingungkan tidak hanya sistemasi yang diterapkan namun juga tingkat keefektifan dari pemilu kita tahun ini. Dengan terbatasnya media informasi yang mengenalkan tata cara pemilu ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Kita tahu sebagian besar masyarakat kita adalah petani tradisional yang tinggal di pedesaan dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Artinya, daya tangkap masyarakat pedesaan sangat rendah dibandingkan masyarakat perkotaan. Nah, PEMILU tinggal 42 hari lagi, apakah masyarakat benar-benar telah mengerti dan faham?
Saya bekerja dilingkungan universitas disebuah kota di Bandar Lampung. Sebagian besar teman-teman saya bekerja dan orang yang berada dilingkungan saya mengatakan belum mengerti dengan sistemasi pemilihan April nanti. Mereka hanya tahu bahwa lembar pemilihan sangatlah lebar sebesar lembaran Koran.
Lagi-lagi masyarakat kecil dan awam yang dibuat bingung. Begitu juga dengan saya pribadi selaku masyarakat awam. Ada hal yang mengganggu fikiran saya dan mungkin dibenak masyarakat. Partai yang akan berpartisipasi adalah 38 partai. Jumlah partainya saja sudah sangat banyak. Di tambah daftar nama caleg yang mewakili setiap partainya. Singkatnya saja, satu partai memiliki 8 caleg maka akan ada 304 (38 partai x 8 orang) caleg pada selembar kertas yang akan diconteng. Padahal ada beberapa partai besar yang memiliki lebih dari 12 caleg. Coba anda bayangkan saja bagaimana masyarakat tidak dibuat bingung dengan hal ini. Jumlah partainya saja sudah sangat banyak ditambah lagi ratusan nama caleg yang tidak masyarakat kenal. Belum lagi jumlah kertas yang harus di conteng pada April 2009 nanti. Kalo tidak salah ada 4 lembar yang darus diconteng oleh masyarakat dengan daftar nama-nama caleg yang berbeda pada setiap lembarnya. Semakin membuat bingung kan? Saya jadi teringat dengan seorang nenek tetangga saya. Seorang nenek yang hanya tinggal sendirian tanpa televisi dan hanya sebuah radio yang dimiliki. Bagaimana beliau akan memahami sistemasi pemilu ini apalagi tanpa adanya media informasi dirumahnya. Yang beliau ingat tentu saja nomor dua meski nomer dua itu bukan lagi partai yang selalu beliau pilih dahulu (GOLKAR, red). Belum lagi nama-nama caleg yang sama sekali tak beliau kenali, akhirnya si nenek akan mencoblos semaunya saja. “Yang penting sudah milih” kemungkinan kalimat itu yang akan muncul dari beliau.
Di Indonesia, warga seperti nenek tetanggaku ini tentunya sangat banyak dan partisipasi mereka akan sangat mempengaruhi hasil pemilihan. Ada beberapa kemungkina yang akan terjadi di masyarakat kita dan dua diantaranya adalah GOLPUT dan memilih tanpa mengerti siapa yang dipilih (Asal memilih saja). Mari kita kalkulasi sejenak. Meski GOLPUT diharamkan oleh MUI, dipastikan masyarakat yang golput akan membludak. Membludak dikarenakan banyak hal tentunya. Tidak mendapatkan kartu pemilihan, tidak mengerti info pemilu, tidak setuju dengan calon pemimpin yang dipilih dll adalah beberapa factor yang mengakibatkan banyaknya golput. Dan masalah tersebut sedang terjadi ditengah masyarakat kita. Kita umpamakan saja ada 1000 pemilih, kemudian 300 (300 orang bukanlah jumlah yang mengada-ada karena banyak factor yang membuat masyarakat golput) orang golput, maka tinggal 700 suara, karena masyarakat banyak yang tidak begitu memahami sistemasi pemilihan maka akan banyak suara yang tidak sah, kita perkirakan saja 200 suara tidak sah (saya kira ini juga jumlah yang sesuai dan tidak berlebihan). Kini tinggal 500 suara lagi bukan? Jumlah akhir ini juga tidaklah jumlah yang benar-benar valid artinya banyak sebagian pemilih yang hanya asal-asalan memilih karena begitu banyak bakal caleg pada kertas pemilihan yang mereka miliki. Dugaan saya juga tidak berlebihan bahwa masyarakat kita banyak yang tidak mengenal dengan para caleg yang akan mereka pilih. Akhirnya pemimpin yang terpilih pun bukanlah pemipin yang benar-benar qualified namun yang asal-asalan juga karena dalam proses pemilihanpun asal dipilih saja. Bagi mereka yang terpilih bukan karena sebuah prestasi dan kearifan namun karena faktor keberuntungan saja dan tampuk kekuasan jatuh pada orang yang tidak mampu mengembannya. Pesan Rasulullah: Jika urusan itu diserahkan pada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya (H.R.Muslim). Jelas sekali pesan Rasul kita bahwa Amanah haruslah di emban oleh seseorang yang ahli jika tidak kita tinggal menunggu saja masa kehancuran itu.
Rasulullah SAW juga pernah berpesan: Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan jabatan kepada orang yang meminta dan tidak pula kepada orang yang berharap-harap untuk diangkat. (H.R. Hukhari dan Muslim). Senada dengan hadits ini, Nabi Muhammad SAW berkata kepada Abdur Rahman Ibnu Samurah ra: Wahai Abdur Rahman, janganlah engkau meminta untuk diangkat menjadi pemimpin. Sebab, jika engkau menjadi pemimpin karena permintaanmu sendiri, tanggung jawabnmu akan besar sekali. Dan jika engkau diangkat tanpa permintaanmu sendiri engkau akan ditolong orang dalam tugasmu. (HR. Bukhari dan Muslim). Perhatikan baik-baik pesan Rasululloh di atas bahwa tidaklah diperbolehkan seseorang mengajukan dirinya menjadi pemimpin. Sedangkan yang terjadi dimasyarakat kita ini, setiap kursi pemimpin selalu harus mengajukan diri dimulai dari kepala desa, camat, bupati, gubernur dll.
Seseorang yang mengajukan diri untuk menjadi pemimpin, tentunya punya tujuan lain selain menjadi pemimpin itu sendiri. Bisa jadi, dia membawa kepentingan pribadi juga golongan. Sederhananya begini, bupati yang terpilih oleh masyarakat dan mengusung partai tertentu tentunya akan menonjokan nama partai yang dibawanya. Inilah letak permasalahanya. Jika seorang pemimpin hanya memikirkan golongannya saja maka bagaimana dengan mengupayakan terwujudnya kemaslahatan umat. Bagian inilah yang sering diabaikan oleh pemimpin yang telah terpilih.
Kembali lagi pada pemilu 2009 nanti, akhirnya dengan proses memilih asal-asalan itu maka akan tercipta pemimpin yang asal-asalan juga akhirnya kita tinggal menunggu masa kehancuran kita. Bagaimana jika nanti yang terpilih adalah seseorang yang dzalim dan senang mabuk? Akan jadi apa kita sebagai masyarakat? Lagi-lagi masyarakat kecil yang akan terkena dampak langsung!


Ditulis tanggal 26 February 2009

Comments